Minggu, 19 Maret 2017

Apakah Suara Punya Bentuk?

THE SHAPE OF VOICE, KISAH SEORANG GADIS TUNA RUNGU DAN PEMBULLY-NYA

Dilihat dari luar, Nishimiya Shoko mungkin tampak seperti gadis pada umumnya. Anggota tubuhnya lengkap, ia dapat berjalan, berlari, melihat, tersenyum… Namun, siapa yang menyangka bahwa di balik senyumnya yang manis itu, Shoko ternyata harus memendam pahitnya menjadi seorang tuna rungu.
Koe no Katachi (聲の形) atau The Shape of Voice adalah sebuah manga series yang ditulis oleh Yoshitoki Oima. Komik Jepang bergenre slice of life drama ini menceritakan tentang Ishida Shoya, seorang anak SD bandel yang suatu hari, kelasnya mendapat seorang murid perempuan baru. Gadis itu tak lain adalah Shoko. Karena ketidaksempurnaannya, Shoko harus memperkenalkan dirinya di depan kelas lewat media kertas. Dari sanalah anak-anak di kelas tersebut mengetahui bahwa Shoko adalah seorang bisu tuli sejak lahir.
Bukannya diperlakukan dengan baik, Shoko malah di-bully habis-habisan. Diketuai oleh Ishida, teman-teman di kelasnya pun tak habis akal untuk terus merendahkan Shoko. Dimulai dari mengejek suara nyanyiannya, menyemprotnya dengan air, mencoret-coret mejanya, hingga melepas paksa alat bantu dengar Shoko dari telinganya dan membuangnya jauh-jauh. Menyakitkan memang, Shoko mungkin punya hak dari seluruh dunia untuk mengamuk.
Nyatanya ia tidak. Ia malah mengajak Ishida untuk berteman dengannya menggunakan bahasa isyarat (buku yang ia gunakan untuk berkomunikasi direbut oleh Ishida saat itu). Permintaan itu tidak disambut hangat oleh Ishida yang tak mengerti dengan maksud Shoko. Ia pun membuang bukunya ke dalam sungai dan membiarkan Shoko mencarinya sendiri, bahkan menertawainya.
Hari-hari menyenangkan bagi Ishida itu pun berlalu. Ibunya Shoko yang curiga karena alat bantu dengar anaknya terus-terusan hilang akhirnya melapor ke sekolah. Guru-guru mulai melakukan penyelidikan dan bertanya apabila ada yang tahu akan sesuatu mengenai Shoko. Teman-teman Ishida silih berganti memberikan pernyataan, semua isinya menyalahkan Ishida. Terbongkarlah ulah Ishida selama ini terhadap Shoko. Meski Ishida mencoba membela dirinya dengan mengatakan bahwa teman-temannya juga ikut mem-bully Shoko, usahanya tetap sia-sia. Oleh guru dan semua temannya, nama Ishida dicap jelek. Tak butuh waktu lama hingga Ishida kehilangan semua temannya.
Beda halnya dengan Shoko, gadis ini tetap bersikap baik pada Ishida yang menanggapinya acuh tak acuh. Setiap pagi ia melihatnya mengganti air vas bunga dan membersihkan mejanya dari coretan teman sekelasnya. Semuanya dijalani dengan senyum, dan hal ini membuat Ishida kesal. Keduanya bahkan sempat terlibat perkelahian. Ishida menginginkan Shoko untuk mengutarakan apa yang ia rasakan selama ini di balik senyumannya itu. Shoko yang tak mampu  mengatakan apapun hanya bisa menampar dan membalas balik pukulan Ishida. Sebulan kemudian, Ibu Shoko terpaksa memindahkan anaknya keluar dari sekolah tersebut.
Setelah Shoko keluar, ada satu hal yang akhirnya disadari Ishida. Selama ini, setiap pagi, ternyata Shoko bukan membersihkan mejanya sendiri dari coretan. Ia membersihkan meja Ishida yang penuh dengan sebutan-sebutan kejam teman sekelasnya. Kini ketika Shoko sudah pergi dan tidak ada siapapun lagi yang membersihkan mejanya, semuanya pun menjadi jelas bagi Ishida.
Sejak saat itu, hidup Ishida selalu digeluti dengan rasa bersalah. Ia tak punya teman, nama baiknya sudah tercoreng sebagai seorang pembully. Ishida memutuskan untuk menutup dirinya dari orang lain hingga ia duduk di kursi SMA sekalipun. Kehilangan semangat hidup, ia berniat mengakhiri semuanya untuk mengurangi beban ibunya Namun, sebelum melakukan bunuh diri, Ishida akhirnya memberanikan diri untuk mencari Shoko lagi demi meminta maaf atas perbuatannya. Berhasil menemuinya di sekolah Shoko, Ishida malah tidak sengaja mengajak Shoko untuk menjadi temannya dengan menggunakan bahasa isyarat, persis seperti yang dilakukan Shoko ketika mereka masih SD. Memang, selama ini Ishida juga tengah belajar bahasa isyarat secara diam-diam. Yang tak diduga olehnya, Shoko menerima permintaan itu dengan meraih tangannya, sedikit malu-malu.
Hari itu, Ishida tak jadi bunuh diri dan memutuskan untuk terus hidup agar dapat menebus kesalahannya. Ia menjadi lebih sering bertemu dengan Shoko walaupun harus tetap menerima penolakan dari ibunya. Ishida kemudian membantu Shoko untuk terhubung kembali dengan teman-teman SD-nya dulu yang tak mampu ia jadikan teman. Berbagai subplot pun mulai bermunculan, di antaranya tentang hubungan Ishida dan Shoko dengan teman-teman lamanya, perjalanan hidup Ishida yang tak hanya belajar menebus kesalahannya, tetapi juga belajar untuk memaafkan diri dan orang lain, serta apa yang selama ini Shoko pikirkan dan rasakan mengenai hidupnya.
Semula, manga Koe no Katachi diterbitkan sebagai sebuah one-shot pada Februari 2011. Atas kesuksesan dan dukungan yang diraih dari one-shot tersebut, penulisnya kemudian memulai serialisasi penuh sejak Agustus 2013 hingga November 2014, menghasilkan 7 volume yang diterbitkan oleh Kodansha.
Image result for koe no katachi manga cover
Volume 1 – 6

Image result for koe no katachi manga cover 7
Volume 7 yang merupakan volume terakhir

Berkat tema yang diangkat, Koe no Katachi telah ditinjau kembali dan didukung oleh Japanese Federation of the Deaf, organisasi nasional tuna rungu di Jepang yang juga merupakan anggota dari WFD (World Federation of the Deaf). 
Pada Maret 2014, komik ini terjual hingga 700 ribu kopi, membuatnya masuk ke dalam nominasi Manga Taisho, yaitu salah satu manga award tahunan bergengsi di Jepang.

Image result for koe no katachi anime
Sebuah adaptasi anime movie yang diproduksi oleh Kyoto Animation dari manga ini juga telah dirilis di Jepang pada 17 September 2016 lalu. Film yang ditulis oleh Reiko Yoshida dan disutradarai oleh Naoko Yamada ini berhasil mencapai peringkat dua di Box Office Jepang dan memenangi sejumlah penghargaan, seperti pada 40th Japan Academy Prize untuk Excellent Animation of the Year dan Anime of the Year untuk kategori film di Tokyo Anime Award Festival. Blu-Ray & DVD juga dijadwalkan untuk rilis pada 17 Mei 2017 nanti.

Intinya, The Shape of Voice tidak hanya menceritakan tentang pembully-an saja. Ya, bully memang kejam, tetapi sebenarnya alurnya lebih dalam dari itu. Ada penyesalan, rasa bersalah, rasa gagal akan segalanya, rasa tak diinginkan, pengkhianatan, serba salah, kekecewaan, dan kemuakan akan hidup yang akhirnya mendorong seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Plotnya seakan memberitahu bahwa lingkungan di sekitar kita bukanlah selalu yang terbaik bagi kita. Selain itu, peran dan kasih sayang ibu kepada anaknya juga cukup menonjol di dalam cerita, khususnya Ibunya Shoko dan Ishida.
Menyimpan segudang pesan moral, Koe no Katachi memang pantas untuk dimasukkan ke daftar Must Read dan Must Watch. 
Lalu, bagaimana? Apakah kalian tertarik untuk membaca komiknya? Atau menonton filmnya? Atau mungkin keduanya…?
Apapun jawabannya tetap have fun ya 🙂

Tidak ada komentar:

Posting Komentar